Rahim Pengganti

Bab 8 "Terjebak Di Lift"



Bab 8 "Terjebak Di Lift"

Caca sudah kembali kerja sebagai sekretaris Bian, setelah kejadian dimana Caca di minta untuk datang ke pertemuan dengan Bian dan Ibu serta adiknya beberapa waktu lalu.     

"Selamat Pagi Pak, hari ini Bapak ada meeting penting bersama dengan klien di restoran Jepang jam 11.00 siang," ujar Carissa.     

Bian hanya menatap kearah Caca, entah apa tatap itu Caca pun tidak dapat mengartikan nya. Wanita itu malahan bingung dengan sikap sang boss, yang sedikit berubah setelah pertemuan itu. Hal itu semakin membuat Caca seolah terintimidasi.     

"Kalau begitu, saya pamit undur diri ya Pak. Terima kasih selamat pagi," ucap Carissa, lalu berjalan menuju pintu. Tepat di depan pintu dan ketika Caca akan melangkah, Bian mengeluarkan suaranya.     

"Tunggu," serunya. Membuat Caca menghentikan langkahnya, lalu menoleh kearah Bian.     

"Iya Pak ada apa?" tanya Caca. Tak lupa memberikan senyum manis yang selalu, terhias di bibirnya itu membuat kesan sangat anggun.     

Bian terpesona dengan senyum manis, membuat pria itu sedikit tidak tenang. Dengan segera Bian mengatur degup jantungnya yang berdetak tidak seperti biasanya. Cukup lama pria itu terdiam di tempatnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Hal tersebut membuat Caca kebingungan dengan sikap Bian saat ini.     

Brak     

Pintu ruangan Bian terbuka, di sana menampilkan Della yang masuk ke dalam dengan raut wajah di tekuk. Caca pun segera melangkah menjauh dari keduanya, tapi lagi dan lagi di hentikan oleh Bian.     

"Mau kemana kamu, urusan pekerjaan kita belum selesai," ucapnya, membuat Caca mengerutkan dahinya kebingungan dengan apa yang di maksud oleh boss-nya itu.     

"Ada apa Sayang?" tanya Bian sembari menghampiri Della yang sudah duduk di sofa ruang kerjanya.     

"Kirimkan aku uang Sayang, hari ini aku harus pergi untuk urusan butik." Terdengar dengan sangat jelas helaan napas panjang dari Bian. Pria itu segera mengeluarkan handphone dari saku nya, lalu mengetikan sesuatu.     

"Sudah ya Sayang," ucapnya sembari menunjukkan bukti transfer yang ada di handphone tersebut, Della langsung mencium singkat bibir Bian. Caca yang melihat hal itu hanya mampu menundukkan kepalanya saja.     

"Terima kasih Sayang, oh iya kapan kalian menikah. Kalau perlu secepatnya ya, karena aku mau pergi ke Jepang bulan depan."     

Bian kaget dengan apa yang dilontarkan sang istri, mendengar kata Jepang membuat Bian bertanya-tanya untuk apa sang istri ke sana.     

Tetapi Bian tetap Bian, ia tidak terlalu di pusingkan dengan kegiatan sang istri, karena ia tahu Della pasti pergi karena ada urusan penting.     

***     

Bian dan Caca masih saling diam, Della sudah pergi beberapa menit yang lalu. Keduanya tidak ada yang saling membuka pembicaraan. Caca yang sudah lelah berdiri di sana pun segera melangkahkan kakinya, Bian yang melihat hal itu hanya diam saja. Pria itu juga tidak mengerti dengan yang ia lakukan, Bian hanya mau Caca ada di depannya saat ini tetapi ia juga bingung kenapa ia ingin seperti itu.     

"Capek kali kaki aku di suruh berdiri dari tadi. Dasar boss nyebelin, bikin orang kesal aja," ucap Caca dengan nada bicara ketus.     

Bian yang bisa melihat apa yang sedang di lakukan oleh Caca hanya tersenyum tipis, entahlah sejak malam itu membuat Bian memandang Carissa berbeda dari sebelumnya.     

Cukup lama Bian memperhatikan Carissa tanpa ia sadari sejak tadi dirinya tersenyum melihat tingkah Carissa yang menurut Bian cukup aneh. Gadis itu ketika mengerjakan sesuatu, sungguh lucu.     

Lucu batin Bian.     

Caca tidak sadar jika sejak tadi, pria yang ada di dalam ruangan tersebut menatapnya. Bian menekan telpon yang ada di ruangannya, seketika Caca segera mengangkat telpon tersebut.     

"Iya hallo, pak ada apa?" tanya Caca.     

"Ke ruangan saya sekarang," ucap Bian lalu menutup, telpon tersebut. Caca mendengus kesal, wanita itu segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan melangkah menuju ruangan sang Boss yang selalu bikin naik darah.     

Ceklek     

Pintu ruangan Bian terbuka, segera Caca masuk ke dalam ruangan tersebut. Senyum simpul tersemat di bibir wanita itu.     

"Ada apa Pak?" tanya Caca.     

"Ikut saya, kita harus ke kantor cabang sekarang juga," balas Bian.     

Caca menggangukkan kepalanya, lalu ikut berjalan di belakang Bian. Semua orang yang melihat keduanya, berjalan menatap kagum. Tak jarang, orang orang yang ada di sana selalu membicarakan keduanya yang terlihat cocok. Bahkan banyak yang membandingkan, Bian lebih pas dengan Caca dibandingkan Della istri sahnya.     

***     

Selama di perjalanan menuju kantor cabang tak ada pembicaraan yang serius untuk keduanya. Hal sesekali, Bian menanyakan perihal kegiatan mereka.     

Tak lama keduanya sudah sampai di mana tempat mereka akan kunjungan, Carissa sudah memasang helm proyeknya, helm yang sengaja ia siapkan untuk kegiatan lapangan seperti saat ini.     

"Lain kali, siapkan sepatu kets. Saya risih melihat kamu pake itu, jalannya jadi lelet sekali," ucap Bian sembari melirik ke arah sepatu heel milik Carissa. Wanita itu hanya menatap sang Boss dengan tatapan malasnya, bukan salahnya jika dirinya lambat.     

Bian segera menuju lokasi pemantauan, pria itu terlihat gagah dan berkharisma hal itu membuat hati Carissa berdebar sangat kencang..Wanita itu memenggang dadanya, ada perasaan aneh yang menyelimuti dirinya.     

Namun, segera Carissa menyingkirkan perasaan itu. Dirinya segera menyusul Bian, sebagai seorang sekretaris Carissa mencatat semua hal yang terjadi di lapangan.     

"Baiklah terima kasih Pak Seto, saya harap semuanya bisa selesai tepat waktu," ucap Bian.     

"Semua akan segera beres Pak Bian. Semuanya sudah sesuai dengan, arahan bapak tadi," balasnya.     

"Saya pamit dulu Pak," ujar Bian. Pak Seto menganggukkan kepalanya, Bian dan Carissa berjalan ke arah lift tersebut, tidak biasanya pria itu memilih menaiki lift jika ke lapangan tapi kali ini tidak. Carissa sempat heran dengan apa yang terjadi, wanita itu pun berdiam diri di depan lift. "Kamu tidak mau masuk?" tanya Bian. Carissa yang masih diam seketika segera masuk dan melangkahkan kakinya memasuki lift tersebut.     

Saat ini keringat dingin mengalir dengan deras di tubuh Carissa, wanita itu memiliki trauma yang tidak baik ketika menaiki Lift pembangunan seperti saat ini. Dirinya mencoba menahan, hingga suara hantaman terdengar sangat nyaring membuat Carissa segera histeris.     

"Akhhhhh," pekik Carissa. Bian yang juga kaget dengan hal yang terjadi segera menoleh ke arah Carissa. Wanita itu sudah terduduk di lantai, dengan air mata yang mengalir. Bian mendekati Carissa, pria itu membawa Carissa di dalam pelukannya.     

"Stttt, kamu tenang ada aku di sini," ucap Bian. Sembari memeluk Carissa dengan erat, pria itu bisa merasakan jika saat ini tubuh Carissa bergetar sangat hebat.     

"Tenang, kita akan baik baik saja." Pria itu sibuk memberikan ketenangan untuk sekertaris nya itu. Sedangkan Carissa sudah sangat takut, dirinya megenggam erat jas yang digunakan oleh Bian. "Takut, tolong aku,"     

Hanya tiga kata itu yang terlontar dari bibir Carissa sebelum akhirnya wanita itu jatuh pingsan dan membuat Bian semakin panik melihat hal itu.     

###     

Hallo, selamat membaca. Maafkan aku yang telah lama meninggalkan kalian. Semoga kalian tetap suka dan membaca kisah mereka yaa. Bahagia selalu buat kalian yaa, tetap jaga kesehatan yaa guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.